Berkunjung ke Sekolah Luar Biasa (SLB), itulah pengalamanku selanjutnya. Aku berkunjung ke SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta. Di sana terbagi menjadi beberapa jurusan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus. Ada kelas untuk tuna netra, tuna rungu wicara, tuna grahita, tuna daksa dan kelas anak autis. Waktu itu hari Senin. Aku mengikuti upacara bendera bersama anak-anak SLB tersebut. Aku merasa penasaran dan terus mengamati jalannya upacara meskipun terik matahari mulai terasa membakar pipi kiriku. Aku mengikuti upacara hingga usai. Anak-anak yang berkebutuhan khusus bisa mengikuti upacara dengan tertib dan petugas upacara juga melaksanakan tugasnya dengan baik.
Setelah upacara bendera, aku mengunjungi berbagai kelas yang ada di sana pada jurusan yang berbeda pula. Pertama aku mengunjungi kelas 1 SD tuna grahita. Mereka mengikuti pelajaran dengan penuh perhatian dan serius seperti layaknya di sekolah biasa. Mereka cenderung manja dan minta diperhatikan, tapi di sisi lain sangat ramah. Selanjutnya saya berkunjung ke SLB D yaitu kelas tuna rungu wicara. Aku sempat terkejut melihat anak-anak tuna rungu wicara asyik berkomunikasi dengan teman-temannya. Mereka bercanda tawa tidak kelihatan seperti anak tunawicara. Aku mengajak mereka bicara, dan ternyata dia merespon dengan baik. Dia memperhatikan gerak bibirku sehingga dia paham tentang apa yang aku katakan. Aku juga minta untuk diajari belajar huruf dengan bahasa isyarat. Aku berjalan memasuki kelasnya, ternyata mereka tidak kalah dengan anak-anak yang bersekolah di sekolah biasa. Mereka pandai membaca dan menulis bahkan mereka dapat menulis pesan lewat handphone.
Hari selanjutnya aku melihat kegiatan pembelajaran di kelas tuna daksa. Meskipun mereka harus belajar di kursi roda, mereka tetap bersemangat belajar. Ada juga yang pernah berprestasi dalam kejuaraan lomba kursi roda. Setelah itu aku melanjutkan melihat pembelajaran di kelas tuna netra. Aku mengamati seorang anak yang sedang menulis dengan huruf braile dengan bantuan rigletnya. Dia menulis begitu cepat dan lancar. Anak itu kemudian membaca puisi yang ditulis dengan huruf braile. Anak itu mulai meraba tulisan dengan jarinya. Dia membaca puisi dengan lancar dan penuh perasaan hingga aku tersentuh dan meneteskan air mata.
Pengalaman itu membuatku semakin bersyukur tentang arti hidup ini. Aku salut dengan mereka. Meskipun mereka anak berkebutuhan khusus dan memiliki banyak kekurangan, mereka adalah anak yang hebat. Mereka punya semangat dan daya juang yang sangat tinggi untuk maju. Mereka ingin berkembang dan tidak menyerah mewujudkan cita-citanya. Apakah kita yang terlahir normal dan tidak berkebutuhan khusus justru tidak bersemangat?Apa kita tidak malu melihat mereka yang kurang pun bisa seperti itu?Aku rasa kita tidak boleh menyerah dalam menjalani hidup yang penuh tantangan ini. Mereka pun bisa, kenapa kita tidak???
Tetap semangat selalu... semoga memberi inspirasi. Never give up...!!
Setelah upacara bendera, aku mengunjungi berbagai kelas yang ada di sana pada jurusan yang berbeda pula. Pertama aku mengunjungi kelas 1 SD tuna grahita. Mereka mengikuti pelajaran dengan penuh perhatian dan serius seperti layaknya di sekolah biasa. Mereka cenderung manja dan minta diperhatikan, tapi di sisi lain sangat ramah. Selanjutnya saya berkunjung ke SLB D yaitu kelas tuna rungu wicara. Aku sempat terkejut melihat anak-anak tuna rungu wicara asyik berkomunikasi dengan teman-temannya. Mereka bercanda tawa tidak kelihatan seperti anak tunawicara. Aku mengajak mereka bicara, dan ternyata dia merespon dengan baik. Dia memperhatikan gerak bibirku sehingga dia paham tentang apa yang aku katakan. Aku juga minta untuk diajari belajar huruf dengan bahasa isyarat. Aku berjalan memasuki kelasnya, ternyata mereka tidak kalah dengan anak-anak yang bersekolah di sekolah biasa. Mereka pandai membaca dan menulis bahkan mereka dapat menulis pesan lewat handphone.
Hari selanjutnya aku melihat kegiatan pembelajaran di kelas tuna daksa. Meskipun mereka harus belajar di kursi roda, mereka tetap bersemangat belajar. Ada juga yang pernah berprestasi dalam kejuaraan lomba kursi roda. Setelah itu aku melanjutkan melihat pembelajaran di kelas tuna netra. Aku mengamati seorang anak yang sedang menulis dengan huruf braile dengan bantuan rigletnya. Dia menulis begitu cepat dan lancar. Anak itu kemudian membaca puisi yang ditulis dengan huruf braile. Anak itu mulai meraba tulisan dengan jarinya. Dia membaca puisi dengan lancar dan penuh perasaan hingga aku tersentuh dan meneteskan air mata.
Pengalaman itu membuatku semakin bersyukur tentang arti hidup ini. Aku salut dengan mereka. Meskipun mereka anak berkebutuhan khusus dan memiliki banyak kekurangan, mereka adalah anak yang hebat. Mereka punya semangat dan daya juang yang sangat tinggi untuk maju. Mereka ingin berkembang dan tidak menyerah mewujudkan cita-citanya. Apakah kita yang terlahir normal dan tidak berkebutuhan khusus justru tidak bersemangat?Apa kita tidak malu melihat mereka yang kurang pun bisa seperti itu?Aku rasa kita tidak boleh menyerah dalam menjalani hidup yang penuh tantangan ini. Mereka pun bisa, kenapa kita tidak???
Tetap semangat selalu... semoga memberi inspirasi. Never give up...!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar