Dulu kita sering melihat sekerumunan anak bermain congklak (dakon), gobak sodor, jamuran, pasaran, delikan atau yang biasa kita sebut dengan dolanan anak. Biasanya dolanan anak dimainkan di halaman rumah maupun ketika malam bulan purnama (padhang mbulan). Pemandangan seperti itu banyak ditemukan di desa. Namun kini kita sudah jarang sekali menjumpai pemandangan seperti itu di desa apalagi di kota. Dolanan anak seakan-akan sudah terpinggirkan dan tergeser dengan permainan modern seperti play station (PS) maupun permainan di game net yang baru naik daun akhir-akhir ini.
Kebanyakan orang tua berdalih bahwa yang penting bisa menyenangkan anaknya. Dan sekarang permainan modern sudah menjamur di mana-mana bahkan di pelosok desa sekalipun. Padahal jika ditelusuri lebih jauh lagi, permainan modern dapat menanamkan sikap egois dalam diri anak. Mengapa? Permainan anak seperti PS hanya dimainkan secara individu, sedangkan lawan main sudah disediakan dalam permainan tersebut. Itu sangat berakibat kurang baik bagi perkembangan psikologis anak. Anak-anak menjadi terbiasa melakukan sesuatu sendiri dan kerja sama dengan orang lain tidak berarti bagi mereka.
Lain halnya dengan dolanan anak. Permainan tradisional yang sudah dianggap jadul atau ketinggalan jaman itu justru memiliki banyak sisi positif bagi perkembangan psikologis anak. Melalui dolanan anak, mereka sudah terbiasa dengan kerjasama dan saling menolong. Mereka juga lebih mudah dalam beradaptasi dengan suasana baru.
Menurut Prof. Dr. Sartini Nuryanto, seorang psikolog UGM bagi anak yang biasa ikut dolanan anak, masuk ke suatu lingkungan baru tidak menjadi masalah. Mereka mempunyai rasa kerja sama dan penyesuaian diri yang baik karena terbiasa melakukan sesuatu bersama-sama. Sebagai makhluk sosial, kita pasti membutuhkan kehadiran orang lain dalam hidup kita. Tak mungkin segalanya dapat dilakukan sendiri. Sekecil apapun bantuan orang lain sangat berperan dalam hidup kita.
Dolanan anak seperti gobak sodor dapat melatih kerja sama anak karena membutuhkan kekompakan dan trik agar bisa melewati pintu-pintu dengan selamat dan tidak gagal. Demikian juga dengan congklak (dakon) bisa melatih ketelitian dan cara berpikir anak agar menang dalam bermain. Permainan peran pedagang dan pembeli dalam dolanan pasaran dapat memberikan pelajaran bagi anak dalam berhitung dan transaksi keuangan. Tentu saja dengan uang mainan. Delikan juga dapat melatih kecermatan anak terutama ketika dalam menyebut nama yang dicari. Begitu juga dengan dolanan anak yang lain.
Bagi orang tua hendaknya tidak khawatir jika anak-anaknya bermain hingga pakaiannya kotor. Dibalik kekotoran itu semua anak-anak menemukan sesuatu yang berharga dan berani mencoba. Oleh karena itu dolanan anak juga perlu dikenalkan kepada anak sejak dini sebelum terhapus oleh teknologi yang kian menjamur.
Kebanyakan orang tua berdalih bahwa yang penting bisa menyenangkan anaknya. Dan sekarang permainan modern sudah menjamur di mana-mana bahkan di pelosok desa sekalipun. Padahal jika ditelusuri lebih jauh lagi, permainan modern dapat menanamkan sikap egois dalam diri anak. Mengapa? Permainan anak seperti PS hanya dimainkan secara individu, sedangkan lawan main sudah disediakan dalam permainan tersebut. Itu sangat berakibat kurang baik bagi perkembangan psikologis anak. Anak-anak menjadi terbiasa melakukan sesuatu sendiri dan kerja sama dengan orang lain tidak berarti bagi mereka.
Lain halnya dengan dolanan anak. Permainan tradisional yang sudah dianggap jadul atau ketinggalan jaman itu justru memiliki banyak sisi positif bagi perkembangan psikologis anak. Melalui dolanan anak, mereka sudah terbiasa dengan kerjasama dan saling menolong. Mereka juga lebih mudah dalam beradaptasi dengan suasana baru.
Menurut Prof. Dr. Sartini Nuryanto, seorang psikolog UGM bagi anak yang biasa ikut dolanan anak, masuk ke suatu lingkungan baru tidak menjadi masalah. Mereka mempunyai rasa kerja sama dan penyesuaian diri yang baik karena terbiasa melakukan sesuatu bersama-sama. Sebagai makhluk sosial, kita pasti membutuhkan kehadiran orang lain dalam hidup kita. Tak mungkin segalanya dapat dilakukan sendiri. Sekecil apapun bantuan orang lain sangat berperan dalam hidup kita.
Dolanan anak seperti gobak sodor dapat melatih kerja sama anak karena membutuhkan kekompakan dan trik agar bisa melewati pintu-pintu dengan selamat dan tidak gagal. Demikian juga dengan congklak (dakon) bisa melatih ketelitian dan cara berpikir anak agar menang dalam bermain. Permainan peran pedagang dan pembeli dalam dolanan pasaran dapat memberikan pelajaran bagi anak dalam berhitung dan transaksi keuangan. Tentu saja dengan uang mainan. Delikan juga dapat melatih kecermatan anak terutama ketika dalam menyebut nama yang dicari. Begitu juga dengan dolanan anak yang lain.
Bagi orang tua hendaknya tidak khawatir jika anak-anaknya bermain hingga pakaiannya kotor. Dibalik kekotoran itu semua anak-anak menemukan sesuatu yang berharga dan berani mencoba. Oleh karena itu dolanan anak juga perlu dikenalkan kepada anak sejak dini sebelum terhapus oleh teknologi yang kian menjamur.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusthx bt kmentarna...
BalasHapusea pndapatmu jg g slh...namun lok meliad fakta kn kbykn ank lbh betah jk d suguhi permainan modern yg blm tentu bs mmberikn mnfaat positif dan mreka hny meliad dari segi ksenangan adjah,,
Dan kdg ortu jg uda ga bgtu pduli ap itu baik bg ank atau tdk,nmun brpkir asl ank snang...
Tapi smua mmg kmbali kpd msg2 pribadi ank dan kmunikasi serta bimbingan antara ortu n ank.